Sabtu, 06 November 2010

STRUKTUR ELEMEN DAN TIPE-TIPE KONSTRUKSI KATA MAJEMUK

Unsur-unsur yang membentuk sebuah kata majemuk tidak hanya bervariasi berdasarkan jenis katanya, tetapi beragam pula apabila dilihat berdasarkan jenis/status elemennya. Sebelum menapak ke uraian berikutnya ada baiknya mengingat kembali beberapa konsep jenis elemen yang memungkinkan menjadi unsur kata majemuk. Elemen-elemen itu adalah kata, pokok kata, akar, dan morfem unik.
Kata adalah bentuk bebas yang terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi unsur bebas yang lebih kecil. Tangan, ibu, kota, jari dan sebagainya adalah beberapa contohnya. Sebagai bentuk bebas kata biasanya dapat diisolasikan, seperti pada sifat kata ibu di bawah ini.
Ayah akan bertemu ibu.
Ayah akan bertemu dengan ibu.
Ayah akan bertemu paman dan ibu.
Anda dipersilakan menguji sendiri kata tangan, kota, dan jari dengan cara seperti (1), (2), dan (3) sehingga terbukti bahwa ketiga bentuk lingual ini adalah kata.
Kata beli, tukar, dengar, ukur, dan sebagainya adalah calon kata yang sebenarnya belum dapat berdiri sendiri. Bentuk-bentuk ini akan menjadi kata apabila diberi imbuhan sehingga menjadi membeli, ditukar, terdengar, pengukur, dan sebagainya. Bentuk-bentuk yang tergolong pokok kata ini dapt digunakan untuk membentuk kalimat perintah tanpa bantuan afiks, seperti terlihat dalam kalimat berikut ini.
Beli saja buku itu!
Kalau rusak, tukar saja dengan yang baru.
Dengar baik-baik keterangan gurumu.
Ukur kekuatanmu sebelum memutuskan mengerjakan tugas itu.
Akar adalah bentuk asal yang terikat. Satuan lingual yang disebut akar ini tidak dapat berdiri, dan tidak dapat digunakan sebagai kata kerja kalimat perintah tanpa diikuti oleh afiks lain. Contoh satuan lingual ini misalnya juang, temu, sua, tengger, dan sebagainya. Seperti terlihat dalam kalimat di bawah ini.
(8)* Juang sekuat tenaga
(9)* Temu orang itu.
(10)* Tengger di dahan yang kuat!
Akhirnya morfem unik adalah morfem yang hanya dapat bergabung dengan satu morfem saja. misalnya: gulita hanya bergabung dengan morfem gelap, benderang hanya dapat bergabung dengan terang, jelita hanya dapat bergabung dengan cantik, dan sebagainya. Dengan demikian, di dalam bahasa Indonesia hanya ada gabungan terang benderang, gelap gulita, dan cantik jelita.
Dengan titik tolak ini dapatlah kemudian diketahui kemungkinan-kemungkinan struktur elemen-elemen pembentuk kata majemuk bahasa itu. Kemungkinan-kemungkinan itu adalah seperti berikut ini.
kata + kata
kata + pokok kata
pokok kata + kata
kata + akar
akar + kata
kata + morfem unik
pokok kata + pokok kata
Kata majemuk berstruktur kata + kata
Kata majemuk berstruktur kata + kata tidak begitu sukar ditemui di dalam bahasa Indonesia tangan kanan, panjang tangan, kamar mandi, rumah sakit, dan sebagainya adalah kata majemuk-kata majemuk yang tergolong ke dalam tipe ini.
Kata majemuk berstruktur kata + pokok kata
Di dalam bahasa Indonesia ada kata majemuk siap tempur, kuda balap, mobil balap, jam kerja, dan sebagainya yang terdapat dalam kaliamat di bawah ini.
Dia sekarang dalam kondisi siap tempur.
Ayah kemarin membeli kuda balap.
Mobil balapnya berharga ratusa juta rupiah.
Jam kerja bagi pegawai negeri akan diperpanjang.
Kata majemuk berstruktur pokok kata + kata
Kata majemuk balap mobil, lomba panah, perang tombak, perang mulut, dan sebagainya adalah kata majemuk yang berstruktur pokok kata + kata. Adapun penggunaanya dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini .
Kami akan menyaksikan balap mobil di Sentul minggu depan.
Lomba panah tidak dipertandingkan dalam kejuaraan ini.
Perang tombak anatara kedua belah pihak tidak dapat dihindari.
Petrang mulut antara teman adalah perbuatan yang tidak terpuji.
Anda dipersilakan mencoba mencari contoh lain kata majemuk tipe ini.
Kata majemuk berstruktur kata + akar
Kata majemuk daya juang, daya tempur, merupakan 2 contoh kata majemuk yang berstruktur kata + akar. Adapun contoh penggunaannya adalah kalimat di bawah ini.
Daya juang pemuda itu tidak pernah surut.
Pesawat itu memiliki daya tempur yang cukup mengagumkan.
Agaknya kata majemuk tipe ini tidak terlalu banyak jumlahnya di dalam bahan Indonesia sehingga untuk mencari contohnya yang lain tidak begitu mudah.
Kata majemuk berstruktur akar + kata
Dari akar kata temu dapat dibuat sejumlah kata majemuk berstruktur akar + kata seperti temu karya, temu ilmiah, temu muka, temu alumni, dan sebagainya seperti yang digunakan dalam kalimat berikut ini.
Temu karya itu tidak jadi diselenggarakan.
Fakultas sastra akan mengadakan temu ilmiah di Cisarua.
Antara tersangka dan saksi belum pernah mengadakan temu muka.
Temu alumni SMU kami sudah diadakan tahun lalu.
Kata majemuk berstruktur kata + morfem unik
Kata majemuk terang benderang, cantik jelita, gelap gulita, gegap gempita, dan sebagainya. Yang terdapat dalam kalimat di bawah ini merupakan kata majemuk yang berstruktur kata + morfem unik.
Hari ini cuaca terang benderang.
Ia melihat gadis yang cantik jelita.
Keadaan di dalam gua gelap gulita.
Begitu dapat menyarangkan bola, para pendukungnya bersorak gegap gempita.
Kata majemuk berstruktur pola kata + pokok kata
Di dalam bahasa Indonesia terdapat kata majemuk serah terima, jual beli, candak kulak, timbang terima, dan sebagainya . Apabila diamati elemen-elemennya, maka kata majemuk ini tergolong berstruktur elemen pokok kata + pokok kata. Untuk ini, dapat diperhatikan kalimat (29) sampai dengan (32) di bawah ini .
Serah terima jabatan Kapolda DIY akan dilakukan pagi ini.
Jual beli kendaraan bekas sekarang ini semakin meningkat.
Beliau sebenarnya sudah sah menjadi rektor, tetapi belum timbang terima dengan rektor yang lama.
Tipe konstruksi kata majemuk
singkat tipe-tipe konstruksi kata majemuk bahasa Indonesia. Tipe konstruksi ini bersangkutan dengan kedudukan unsur-unsur kata majemuk. Secara sederhana kata majemuk-kata majemuk itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni
Kata majemuk setara.
Kata majemuk tak setara.
Kata majemuk setara
Kata majemuk setara adalah kata majemuk yang unsur-unsur pembentuknya memiliki kedudukan yang sama, seperti kaki tangan, gegap gempita, serah terima, dan sebagainya. Adapun penggunaanya dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini.
Ali adalah kaki tangan orang jahat.
Sorak sorai penonton gegap gempita di lapangan sepak bola.
Apakah serah terima jabatan bupati sudah dilaksanakan?
Unsur kaki dan tangan, gegap dan gempita, serah dan terima pada kata majemuk di atas memiliki kedudukan yang sama. Contoh lain misalnya: peluk cium, tabrak lari, remuk redam, dan sebagainya.
Selanjutnya Anda dipersilakan mencari contoh dari kata majemuk tipe ini.
Kata majemuk tak setara
Kata majemuk tak setara adalah kata majemuk yang dibentuk dari unsur-unsur kata tak setara. Salah satu unsur kata majemuk itu kedudukannya lebih tinggi daripada yang lain, seperti kamar mandi, tangan kanan, makan hati, kambing hitam, meja hijau, dan sebagainya seperti terlihat dalam kalimat di bawah ini.
Setiap hari dia membersihkan kamar mandi.
Tangan kanan pemerintah sudah tidak dapat diandalkan.
Setiap saat dia makan hati.
Siapa kambing hitam peristiwa berdarah itu.
Karena kejahatannya ia diseret ke meja hijau.
Kata kamar, tangan, makan, kambing, dan meja pada (36) sampai dengan (40) di atas merupakan unsur yang kedudukannya lebih tinggi, sedangkan unsur-unsur yang mengikutinya, yakni mandi, kanan, hati, hitam, dan hijau hanya sebagai unsur penjelas atau penerangnya.
Tidak selamanya unsur yang berkedudukan lebih tinggi terletak di depa. Kata majemuk-kata majemuk yang diambil dari bahasa Sansekerta atau Jawa Kuno memiliki urutan sebaliknya. Kata putera, pura, dan karya berikut misalnya yang masing-masing berfungsi sebagai unsur pusat terletak di belakang. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini.
Perusahaan bumi putera harus mendapatkan suntikan dana di pemerintah.
Yogyakarta telah merebut piala adipura.
Semua orang harus menghargai adikarya seseorang.
Kata majemuk yang unsur pusatnya didepan jauh lebih banyak dibandingkan dengan kata majemuk yang unsur pusat letaknya di belakang
http://massofa.wordpress.com/2009/01/11/struktur-elemen-dan-tipe-tipe-konstruksi-kata-majemuk/

Selasa, 05 Oktober 2010

Pengertian Bahasa, Ragam bahasa dan Laras Bahasa,
Pengertian Bahasa
Bahasa terdiri dari kaidah aturan serta pola yang harus ditaati (tidak boleh dilanggar) agar tidak menyebabkan gangguan pada saat berkomunikasi. Kaidah, aturan dan pola-pola itu sendiri mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder.
Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat :
1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
2. Alat untuk mengidentifikasi diri.
3. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.

Ragam dan Laras Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Berikut ini jenis dan ragam bahasa selengkapnya.
Jenis Ragam Bahasa
Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara lain atas:
- Ragam bahasa undang-undang
- Ragam bahasa jurnalistik
- Ragam bahasa ilmiah
- Ragam bahasa sastra
Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
1. Ragam lisan yang antara lain meliputi:
- Ragam bahasa cakapan
- Ragam bahasa pidato
- Ragam bahasa kuliah
- Ragam bahasa panggung
2. Ragam tulis yang antara lain meliputi:
- Ragam bahasa teknis
- Ragam bahasa undang-undang
- Ragam bahasa catatan
- Ragam bahasa surat
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembiacra dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara
- Ragam bahasa resmi
- Ragam bahasa akrab
- Ragam bahasa agak resmi
- Ragam bahasa santai
- dan sebagainya

Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi resmi, seperti di kantor, di sekolah, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Berbeda dengan saat kita berada di rumah, di taman, di pasar, kita tidak harus menggunakan bahasa baku.
Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa dibagi berdasarkan Media pengantarnya atau sarananya, yang terdiri atas :
a. Ragam lisan.
b. Ragam tulis.

Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster. Sedangkan Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam berbagai laras sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Jadi, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah, laras ilmiah populer, larasfeature, laras komik, laras sastra, yang masih dapat dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya

Sumber : http://mahkotaparis.blogspot.com/2010/10/pengertian-bahasa-ragam-bahasa-dan.html

Sabtu, 25 September 2010

SIKAP BAHASA YANG POSITIF TERHADAP BAHASA INDONESIA BAGI MAHASISWA
Di dalam banyak kesempatan, kita sering mendengar pernyataan untuk menumbuhkan tekad positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia. Karena yang disebutkan sikap positif itu hal yang abstrak, perlu kiranya di sini dikemukakan perilaku konkrit yang menggambarkan sikap positif itu.
Pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah dan dengan situasinya adalah salah satu sikap positif. Hal itu terjadi jika orang tidak asal jadi dalam berbahasa. Seandainya untuk keperluan resmi pun orang menganggap bahwa dalam berbahasa itu yang terpenting ialah asal kawan bicara dapat menangkap maksud pembicara, dapat dikatakan bahwa orang itu tidak bersikap positif.
Sikap postif yang dapat ditunjukkan oleh mahasiswa terhadap bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan cara berbicara tidak dicampur dengan bahasa asing. Walaupun lawan bicara mengerti maksud pembicaraan tersebut, alangkah lebih baik menggunakan bahasa sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan sikap seperti itu berarti kita bangga akan bahasa kita sendiri.
Orang yang melakukan kesalahan tidak dengan sendirinya berarti yang bersangkutan tidak bersikap positif. Sikap tidak positif terbentuk jika orang tahu atau sudah diberi tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan, tetapi enggan berusaha memperbaikinya. Orang yang kurang terampil berbahasa dapat menunjukkan sikap positif jika ia belajar dari kesalahan, memperhatikan saran, petunjuk, atau pendapat orang yang ahli, serta mengupayakan perbaikan pemakaian bahasanya. Jika itu dilakukan, orang akan tahu letak kesalahan pada kalimat.
Contoh:
1. Saya mengucapkan terima kasih di mana ibu-ibu telah sudi datang dalam pertemuan ini.
2. Kredit itu telah menolong daripada kehidupan petani setempat.
3. Sekolah adalah cara untuk memajukan kehidupan manusia.
Kalimat berikut ini dapat digunakan untuk mengganti ketiga kalimat di atas. 1a. Saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan ibu-ibu datang dalam pertemuan ini. 1b. Saya mengucapkan terima kasih karena ibu-ibu sudi datang dalam pertemuan ini. 2. Kredit itu telah menolong kehidupan petani setempat. 3a. Sekolah adalah salah satu sarana untuk memajukan kehidupan manusia. 3b. Mendirikan sekolah adalah salah satu cara untuk memajukan kehidupan manusia. Jika orang hendak berbahasa secara baik, kadang-kadang tidak hanya tata kalimat yang harus diperhatikan, tetapi juga bentuk kata. Ada bentuk kata yang sebetulnya salah, tetapi terpakai secara luas. Jika upaya pembetulannya dapat dilakukan, orang yang bersikap mengutamakan kecermatan berbahasa tentu akan melakukan hal itu. Kata dilola, mengetrapkan, dan mengenyampingkan dibentuk secara salah. Bentuk yang benar adalah dikelola, menerapkan, dan mengesampingkan.
Upaya penambahaan kata “baru” – hasil pemunculan kata yang sudah lama tidak terpakai atau hasil ciptaan baru sama sekali – juga tidak perlu ditentang. Upaya seperti itu juga bermanfaat untuk menjadikan bahasa Indonesia mampu mengungkapkan berbagai konsep di bidang apa pun. Hasilnya mungkin tidak selalu relevan dengan kepentingan berbahasa orang seorang. Orang tidak diharuskan meneriama atau memakai kata baru jika kata itu tidak bermanfaat bagi kegiatannya sehari-hari. Akan tetapi, orang yang ingin terampil berbahasa dapat menerimanya dengan sikap yang kritis. Artinya, kata baru itu tidak digunakan sekedar menggunakan mode, tetapi dipakai secara efektif. Kata canggih, misalnya, begitu populer akhir-akhir iin sehingga apa saja yang indah dan menarik disebut canggih. Padahal kata itu seharusnya digunakan untuk mengungkapkan hal yang rumit, modern dan mencerminkan hasil pemikiran yang cemerlang. Demikian halnya dengan kata antik yang berarti bersifat kuna atau berasal dari masa yang lama silam. Barang antik biasanya bersifat aneh dan menarik. Banyak orang yang menggunakan kata itu dengan tidak memperhatikan makna yang sebenarnya. Oleh karena itu, muncullah ungkapan seperti Tingkah laku anak itu antik. Ternyata, yang dimaksudkan adalah tingkah laku yang aneh dan menarik. Hal seperti itu, jika terjadi pada pemakaian bahasa yang resmi, menunjukkan sikap berbahasa yang asal jadi.
Sikap positif juga dapat ditunjukkan lewat pemakaian bahasa yang sesuai dengan keperluan. Dalam pergaulan sosial, kita mungkin menghadapi beragam keperluan pula. Pergaulan antarbangsa, misalnya, kadang-kadang menuntut pemakaian bahasa yang sesuai dengan kemampuan orang yang terlibat di dalamnya. Oleh sebab itu, bahasa yang lain atau bahasa asing kadang-kadang diperlukan untuk keperluan itu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa penggunaan bahasa selain bahasa Indonesia untuk keperluan tertentu tidak perlu dipandang sebagai cerminan rasa kebangsaan yang rendah.
Persoalannya sekarang ialah bagaimana kita dapat memprioritaskan pemilihan bahasa yang sesuai dengan keperluan itu. Sering kita lihat bahwa keinginan untuk berkomunikasi dengan sebanyak-banyak orang – baik orang Indonesia maupun orang asing sekaligus – menempatkan bahasa Indonesia pada urutan kedua atau bahkan pada urutan yang dapat diabaikan sama sekali. Akibatnya, jika kita harus membuat pemberitahuan atau yang sejenisnya, bahasa asinglah yang dipakai. Masih lebih baik jika bahasa Indonesianya disajikan juga. Jika ternyata kita akan berhubungan dengan orang asing dan sekaligus dengan orang Indonesia, kita dapat menempatkan bahasa Indonesia terlebih dahulu; baru kemudian disajikan juga bahasa asingnya. Jika ternyata kita tidak dapat mengharapkan orang asing berurusan dengan kita – dengan kata lain, kita hanya berhadapan dengan orang Indonesia saja – apa salahnya jika kita hanya berbahasa Indonesia. Contohnya, sebuah balai rias atau yang dikenal dengan istilah salon di pinggiran kota yang amat jarang dilewati orang asing, tentulah tidak pada tempatnya memasang tulisan Bla Bla Salon For Ladies and Gents, serta tulisan open di pintunya. Demikian juga pada kemasan hasil produksi dalam negeri yang konsumennya sebagian besar dapat dipastikan orang asing. Jika itu dianggap perlu sebagai ungkapan keinginan kita untuk menghargai dan menyapa bangsa sendiri, gunakanlah bahasa Indonesia di samping bahasa asing itu.
Kecenderungan untuk menggunakan bahasa asing seperti di atas kadang-kadang juga didorong oleh keinginan bergagah-gagahan dan memberi kesan tahu akan bahasa asing. Akan tetapi, tidak jarang justru terjadi kesalahan yang memalukan. Di sebuah gerobak yang dipakai untuk membuka jasa cetak foto terpampang tulisan pasfhoto kilat; di sebelahnya lagi ada bengkel bertuliskan revarasi motor dan serfise; di sebelahnya lagi ada tulisan fotocopy. Ini adalah bahasa gado-gado. Sebetulnya, jika kata serapan itu akan dipakai, kita dapat menuliskan secara bersahaja dan benar: pasfoto kilat, reparasi motor dan servis, dan fotokopi. Itulah beberapa hal yang dapat menunjukkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

Diperoleh dari “http://id.wikisource.org/wiki/Buku_Praktis_Bahasa_Indonesia_1/Lain-lain” dan juga ada sebagian tambahan dari penulis.